2. Rontgen
Rontgen atau
dikenal dengan sinar X merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan peran sinar X
dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya dada, jantung,
abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak, rangka.
Pemeriksaan
ini dilakukan dengan menggunakan radiasi radiasi sinar X yang sedikit karena
tingginya kualitas film sinar X dan digunakan untuk melakukan skrinning dari
berbagai kelainan yang ada pada organ.
Sinar X
merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang
radio, panas, cahaya sinar ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang yang
sangat pendek sehingga dapat menembus benda-benda. Sinar X ditemukan oleh
sarjana fisika berkebangsaan Jerman yaitu W. C. Rontgen tahun 1895.
a.
Manfaat
Sinar X
a)
Sinar X
lembut digunakan untuk mengambil gambar foto yang dikenal sebagai radiograf.
Sinar X boleh menembusi badan manusia tetapi diserap oleh bagian yang lebih
tumpat seperti tulang. Gambar foto sinar X digunakan untuk mengesan kecacatan
tulang, mengesan tulang yang patah dan melihat keadaan organ-organ dalam badan.
b)
Sinar X
keras digunakan untuk memusnahkan sel-sel kanker. Kaedah ini dikenal sebagai
radioterapi.
c)
Analisis
kondisi tulang.
d)
Penentuan
kerapatan tulang dengan bone densitometer perindustrian.
b.
Bahaya Sinar
X
a)
Bila sinar X
mengenai tubuh manusia akan menyebabkan jaringan kulit menjadi mengering,
jaringan tulang akan keropos dan sel telur perempuan akan mati, sehingga
menyebabkan mandul.
b)
Radiasi dari
sinar X ini bukanlah penyakit, akan tetapi dampak radiasi ini akan menurunkan
tingkat stamina dan kekebalan tubuh seseorang.
c)
Sinar X yang
dipaparkan kepada wanita hamil dapat berpotensi menimbulkan keguguran, atau
cacat janin, termasuk malformasi, pertumbuhan terlambat, terbentuk kanker pada
usia dewasanya, atau kelainan lainnya.
c.
Dampak Sinar
X bagi Kehamilan
Bayi dalam
perut ibu adalah sensitif terhadap sinar X karena bayi tersebut sedang
mengalami pembelahan sel-sel secara cepat untuk menjadi jaringan dan organ yang
bermacam-macam. Tergantung pada tingkat paparannya, sinar X yang dipaparkan
kepada wanita hamil dapat berpotensi menimbulkan keguguran, atau cacat janin,
termasuk malformasi, pertumbuhan terlambat, terbentuk kanker pada usia
dewasanya, atau kelainan lainnya.
Komisi
pengaturan nuklir memberikan gambaran radiasi 2-6 pada janin akan meningkatkan
resiko terbentuknya sel kanker. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paparan 5 -10 rad pada wanita
hamil dan cacat bawaan.
Sebuah
penelitian di Inggris memperkirakan jumlah paparan sinar X pada janin setelah
ibunya mengalami pemeriksaan rontgen sebelum menyadari bahwa mereka dalam
keadaan hamil.
Hasil
pemeriksaannya cukup menggembirakan, bahwa janin hanya terpapar 0.5 - 1.5 rad
setelah pemeriksaan rontgen perut atau punggung bawah ibu, sementara bagian
tubuh ibu yang jauh menerima paparan 10-100 kali lebih rendah. Komisi
pengaturan nuklir membatasi satuan 2 rads sebagai ambang radiasi yang mungkin
menyebabkan kerusakan janin.
Usia
Kehamilan (minggu ke) Efek
a)
0–1
(pre-implantasi) Kematian embryo.
b)
2–7
(pembentukan organ) Malformasi, pertumbuhan terhambat, kanker.
c)
8–40 (fetal
stage) Malformasi, pertumbuhan terhambat, kanker, gangguan pertumbuhan mental.
B.
Indikasi
untuk Melakukan Rontgen
Indikasi pemeriksaan foto thoraks
secara khusus:
a.
Sesak napas
pada bayi
a)
Untuk
memastikan ada tidaknya kelainan di thoraksnya (rongga dada)
b)
Dokter
membutuhkan photo rontgen agar penanganannya tepat.
b.
Bayi muntah
hijau terus menerus
a)
Bila dokter
mencurigai muntahnya disebabkan sumbatan di saluran cerna, maka pengambilan
photo rontgen pun akan dilakukan.
b) Pertimbangan
dokter untuk melakukan tindakan ini tidak semata-mata berdasarkan
usia,melainkan lebih pada resiko dan manfaatkannya.
c.
Deteksi
masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya. Bagi balita
sampai kalangan dewasa, photo rontgen lazimnya dimanfaatkan untuk mendeteksi
masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya.
C.
Ragam
Pemeriksaan Rontgen
a.
Radiografi
konvesional tanpa persiapan
a)
Maksudnya,
saat klien datang bisa langsung di foto.
b)
Untuk pemeriksaan
tulang atau toraks.
b.
Radiografi
konvensional dengan persiapan
a)
Pemeriksaan
radiografi konvensional yang memerlukan persiapan di antaranya untuk foto
rontgen perut.
b)
Sebelum
pelaksanaan, klien diminta untuk puasa beberapa jam atau hanya makan bubur
kecap.
c)
Dengan
begitu ususnya bersih dan hasil fotonya pun dapat dengan jelas memperlihatkan
kelainan yang dideritanya.
c.
Pemeriksaan
dengan kontras
a)
Sebelum
dirontgen, kontras dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara
diminum, atau dimasukkan lewat anus, atau disuntikkan ke pembuluh vena.
b)
Alat rontgen
yang digunakan untuk pemeriksaan selanjutnya adalah fluoroskopi.
c)
Pemeriksaan
dilakukan jika usus atau lambung klien dicurigai terputar.
d)
Untuk klien
yang dicurigai menderita Hirschsprung (penyempitan di usus besar yang
disebabkan bagian usus tidak memiliki persarafan pada dindingnya), kontras
dimasukkan lewat anus.
e)
Untuk klien
yang mengalami kelainan ginjal atau saluran kemih, kontras dimasukkan lewat
pembuluh vena atau kandung kemih.
D.
Proyeksi
Pemeriksaan Thoraks
Terdapat 3 macam proyeksi
pemeriksaan foto thoraks, yakni:
a.
Proyeksi PA
(Postero-Anterior)
Cara pemeriksaan foto thoraks dengan
proyeksi PA (Posterior-Anterior), yaitu:
a)
Sinar
dipancarkan ke arah film melalui punggung (posterior) pasien.
b)
Biasanya,
posisi pasien berdiri tegak dengan bagian anterior menempel pada film.
c)
Tangan
bertolak pinggang untuk mengangkat skapula agar tidak menutupi lapangan paru.
d)
Sinar
dipancarkan pada saat pasien menahan nafas dalam (inspirasi) agar rongga
thoraks mengembang maksimal dengan gambaran diafragma yang terdorong ke arah
abdomen.
e)
Dengan
tujuan adalah akan dapat memberikan gambaran paru/jantung seperti aslinya.
f)
Pemeriksaan
hanya bisa dilakukan di ruang radiologi
b.
Proyeksi AP
(Antero-Posterior)
Cara pemeriksaan foto thoraks dengan
proyeksi AP (Antero-Posterior), yaitu:
a)
Pada
proyeksi AP, biasanya menghasilkan foto yang kurang baik dibanding proyeksi PA,
karena jantung akan tampak lebih besar terutama apabila fokus terhadappasien
lebih dekat. Disamping itu, biasanya skapula akan menutupi lapangan paru,
karena posisi tangan tidak diatur dan diafragma jugaakan lebih tinggi karena
pasien tidak nafas dalam.
b)
Proyeksi AP
bisa dilakukan terhadap pasien dengan posisi supine, duduk atau semi fowler.
c)
Biasanya
dilakukan pada pasien yang tidak dapat mobilisasi karena penyakit kritis atau
pada pasien pasca bedah.
d)
Mesin yang
digunakan adalah mesin foto ‘portable’.
c.
Proyeksi
Lateral
Cara pemeriksaan foto thoraks
dengaan proyeksi Lateral, antara lain:
a)
Proyeksi
dengan posisi lateral dilakukan tergantung pada indikasi baik lateral kanan
atau lateral kiri.
b)
Biasanya,
dilakukan bila perlu diperlukan untuk kepastian diagnosa yang tidak diperoleh
dengan foto proyeksi lainnya.
E.
Cara Membaca
Hasil Photo Thoraks
Yang perlu diperhatikan dalam
membaca hasil sebuah photo thoraks, adalah:
a.
Identitas
Pasien yang meliputi nama, no. MR (Medical Record), tanggal, jam
Pengambilan.
b.
Ketajaman
Sinar
a)
Apabila
terlalu radiopage (terang) atau terlalu radiosulen (gelap), maka foto harus
diulang oleh karena akan mengacaukan interpretasi.
b)
Pengambilan
foto yang baik adalah pada saat pasien inspirasi, dimana akan terlihat tulang
rusuk anterior sampai dengan tulang rusuk 6 dan tulang rusuk posterior sampai dengan
tulang rusuk 8.
c.
Posisi/Centering
Posisi yang baik hendaknya harus
diperhatikan, dimana sternum tampak tegak lurus dengan tulang klavikula.
d.
Densitas
adalah derajat tebalnya bayangan
hitam pada film atau daya serap terhadap X-ray.
Para radiolog menggolongkan densitas
menjadi 4 golongan, yaitu:
a)
Densitas
Udara (gas density)
Densitas udara merupakan densitas
yang paling rendah oleh karena udara/gas sedikit menyerap sinar. Contoh: Paru,
bronkhi, trakhea, alveoli.
b)
Densitas
cairan (water density)
Contoh: jantung, otot, aorta,
pembuluh darah, darah diafragma.
c)
Densitas
Lemak
Contoh bercak lemak daerah hilar.
d)
Densitas
logam (Densitas yang paling terang)
Contoh: Densitas tulang-tulang
rusuk, skapula.
e.
Trakhea
a)
Tampak jelas
sebagai garis tengah.
b)
Jadi,
letaknya harus tepat ditengah-tengah.
c)
Bila
terdapat pergeseran/ deviasi, bisa karena letak film yang tidak tepat atau
memang karena ada kelainan paru-paru
d)
Bila trakhea
terdorong ke sisi yang sehat,kemungkinan terjadi pneumo-thoraks, efusi pleura.
e)
Bila trakhea
terdorong ke sisi yang sakit, kemungkinan terjadi atelektasis.
f.
Batas-batas
normal Jantung
Struktur jantung dapat dibedakan
dari tepinya oleh karena terdiri darijaringan dan darah (air) sehingga densitas
air yang tampak cukup padat.
a)
Batas-batas
normal jantung, adalah:
1.
Batas Kanan:
Atrium Kanan, Vena Kava Superior.
2.
Batas Kiri:
Arkus Aorta, Segmen Pulmonal, Ventrikel Kiri
3.
Batas
jantung pada proyeksi lateral: batas depan, batas belakang (posterior).
4.
Batas Atas:
Arkus aorta yang kemudian akan terus menjadi aorta desendens yang akan terlihat
di depan tulang belakang.
b)
Ukuran
Jantung
Secara keseluruhan, besarnya jantung
dapat diukur dengan cara pengukuran CTR (Cardio Thoraxis Ratmo), Yaitu dengan
menjumlahkan sisi terlebar jantung kanan (A) dan sisi terlebar jantung kiri
(B), dan selanjutnya dibandingkan dengan luas rongga thoraks dikalikan 100%.
1.
Jantung
normal besarnya 50%.
2.
Bila lebih
dari 50% berarti terdapat pembesaran jantung.
3.
CTR normal:
50%
4.
Rumus besar
jantung: A + B x 100 %
g.
Jaringan
Lunak
a)
Bayangan
payudara sering menutupi sudut kostrofrenik pada orang gemuk.
b)
Perhatikan
adanya emfisema akibat pembedahan.
h.
Diafragma
a)
Ujung atas
diafragma tampak nyata karena adnya kontras air udara.
b)
Ujung kiri
bawah diafragma mungkin akan tmpak karena umumnya tedapat udara dalam
perut.
c)
Pada semua
tahap respirasi, hemidiafragma kanan umumnya lebihtinggi 1 s/d 2cm dari sebelah
kiri.
i.
Penilaian
Keadaan Paru-paru
a)
Perhatikan
densitas air yang ditimbulkan oleh pembuluh darah pulmonal lebih banyak terletak
di daerah bawah daripada di bagian atas.
b)
Secara
normal, aliran darahke bagian atas lebih sedikit.
c)
Jika tampak
bayangan pembuluh darah yang menonjol di bagian atas, maka ini adanya tanda
‘kegagalan ventrikel kiri’.
d)
Hilus adalah
daerah dimana pembuluh bronkhi dan pulmonal utama [ertama masuk ke paru.
e)
Pada foto
thoraks, hilus umumnya terdiri dari: tanda vaskuler dan tampak sebagai densitas
air pada masing-masing sisi mediastinum.
F.
Tanggung Jawab
Bidan dalam Pemeriksaan Rontgen
Jika seorang pasien akan dilakukan
pemeriksaan foto thoraks, maka tanggung jawab seorang bidan, adalah:
a.
Jelaskan apa
yang akan dilakukan pada pasien dan mengapa hal ini dilakukan.
b.
Tenangkan
pasien dan duduklah bila keadaan pasien memungkinkan.
c.
Bidan harus
selalu mendampingi guna membantu fotografer.
d.
Perhatikan
agar tidak terjadi tegangan pada salah satu kabe, pipa EET,selang infus, dan
tidak ada yang terlepas.
e.
Usahakan
tidak ada yang mnghalangi lempengan foto agar dapat diambil foto yang jelas.
f.
Pada pasien
yang mengalami hipotensi, mungkin lebih baik dibuat fotodalam posisi berbaring.
g.
Hal tersebut
diatas sangat penting terutama pada pemeiksaan foto ruangan dengan menggunakan
alat yang portable.
G.
Tekhnik
Pelaksanaan Rontgen
a.
Persiapan
Pasien
1.
Lepaskan
benda-benda yang terbuat dari logam pada daerah yang akan difoto (Misal: Foto
Thorax, maka melepaskan kalung, bros, dll).
2.
Bila pemeriksaan
rontgen membutuhkan persiapan, pasien datang ke radiologi sudah melakukan
persiapan (untuk: BNO/FPA, FPA/UIV, COLON IN LOOP)
3.
Untuk foto
ulang/ kontrol harap membawa foto sebelumnya (sebagai perbandingan keberhasilan
terapi/ pengobatan)
4.
Bila anda
wanita dalam usia subur, beritahukan petugas apabila anda hamil.
5.
Untuk
keterangan lebih lanjut, silahkan tanyakan kepada petugas
b.
Persiapan
dan Pelaksanaan Pemeriksaan Rontgen
1.
Lakukan
informed consent
2.
Tidak ada pembatasan
makanan atau cairan.
3.
Pada dada
pelaksanaan foto dengan posisi PA (posterior anterior) dapat dilakukan dengan
posisi berdiri dan foto AP (anterior posterior) lateral dapat juga
dilakukan,baju harus diturunkan sampai ke pinggang, baju kertas atau baju kain
dapat digunakan dan perhiasan dapat dilepas, anjurkan pasien untuk tarik nafas
dan menahan nafas pada waktu pengambilan foto sinar X.
4.
Pada jantung
foto PA dan lateral kiri dapat diindikasi untuk mengevaluasi ukuran dan
bentuk jantung, perhiasan pada leher harus dilepaskan, baju diturunkan hingga
ke pinggang.
5.
Pada abdomen
pelaksanaan fotoharus dilakukan sebelum pemeriksaan IVP, baju harus dilepaskan
dan digunakan baju kain/ kertas. Pasien tidur telentang dengan tangan menjauh
dari tubuh,testis harus dilindungi.
6.
Pada
tengkorak, sebelum pelaksanaan foto, penjepit rambut harus dilepaskan, kaca
mata gigi palsu sebelum pemeriksaan.
7.
Pada rangka
bila dicurigai terdapat fraktur anjurkan puasa, dan imobilisasi pada daerah
fraktur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar