Minggu, 18 Juni 2017

Teknologi kesehatan (Rontgen)


2. Rontgen
Rontgen atau dikenal dengan sinar X merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan peran sinar X dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya dada, jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak, rangka.
 Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan radiasi radiasi sinar X yang sedikit karena tingginya kualitas film sinar X dan digunakan untuk melakukan skrinning dari berbagai kelainan yang ada pada organ.
Sinar X merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya sinar ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek sehingga dapat menembus benda-benda. Sinar X ditemukan oleh sarjana fisika berkebangsaan Jerman yaitu W. C. Rontgen tahun 1895.
a.      Manfaat Sinar X
a)      Sinar X lembut digunakan untuk mengambil gambar foto yang dikenal sebagai radiograf. Sinar X boleh menembusi badan manusia tetapi diserap oleh bagian yang lebih tumpat seperti tulang. Gambar foto sinar X digunakan untuk mengesan kecacatan tulang, mengesan tulang yang patah dan melihat keadaan organ-organ dalam badan.
b)      Sinar X keras digunakan untuk memusnahkan sel-sel kanker. Kaedah ini dikenal sebagai radioterapi.
c)      Analisis kondisi tulang.
d)     Penentuan kerapatan tulang dengan bone densitometer perindustrian.
b.      Bahaya Sinar X
a)      Bila sinar X mengenai tubuh manusia akan menyebabkan jaringan kulit menjadi mengering, jaringan tulang akan keropos dan sel telur perempuan akan mati, sehingga menyebabkan mandul.
b)      Radiasi dari sinar X ini bukanlah penyakit, akan tetapi dampak radiasi ini akan menurunkan tingkat stamina dan kekebalan tubuh seseorang.
c)      Sinar X yang dipaparkan kepada wanita hamil dapat berpotensi menimbulkan keguguran, atau cacat janin, termasuk malformasi, pertumbuhan terlambat, terbentuk kanker pada usia dewasanya, atau kelainan lainnya.
c.       Dampak Sinar X bagi Kehamilan
Bayi dalam perut ibu adalah sensitif terhadap sinar X karena bayi tersebut sedang mengalami pembelahan sel-sel secara cepat untuk menjadi jaringan dan organ yang bermacam-macam. Tergantung pada tingkat paparannya, sinar X yang dipaparkan kepada wanita hamil dapat berpotensi menimbulkan keguguran, atau cacat janin, termasuk malformasi, pertumbuhan terlambat, terbentuk kanker pada usia dewasanya, atau kelainan lainnya.
Komisi pengaturan nuklir memberikan gambaran radiasi 2-6 pada janin akan meningkatkan resiko terbentuknya sel kanker. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paparan 5 -10 rad pada wanita hamil dan cacat bawaan.
Sebuah penelitian di Inggris memperkirakan jumlah paparan sinar X pada janin setelah ibunya mengalami pemeriksaan rontgen sebelum menyadari bahwa mereka dalam keadaan hamil.
Hasil pemeriksaannya cukup menggembirakan, bahwa janin hanya terpapar 0.5 - 1.5 rad setelah pemeriksaan rontgen perut atau punggung bawah ibu, sementara bagian tubuh ibu yang jauh menerima paparan 10-100 kali lebih rendah. Komisi pengaturan nuklir membatasi satuan 2 rads sebagai ambang radiasi yang mungkin menyebabkan kerusakan janin.
Usia Kehamilan (minggu ke) Efek
a)      0–1 (pre-implantasi) Kematian embryo.
b)      2–7 (pembentukan organ) Malformasi, pertumbuhan terhambat, kanker.
c)      8–40 (fetal stage) Malformasi, pertumbuhan terhambat, kanker, gangguan pertumbuhan mental.
B.     Indikasi untuk Melakukan Rontgen
Indikasi pemeriksaan foto thoraks secara khusus:
a.       Sesak napas pada bayi           
a)      Untuk memastikan ada tidaknya kelainan di thoraksnya (rongga dada)
b)      Dokter membutuhkan photo rontgen agar penanganannya tepat.
b.      Bayi muntah hijau terus menerus
a)      Bila dokter mencurigai muntahnya disebabkan sumbatan di saluran cerna, maka pengambilan photo rontgen pun akan dilakukan.
b)     Pertimbangan dokter untuk melakukan tindakan ini tidak semata-mata berdasarkan usia,melainkan lebih pada resiko dan manfaatkannya.
c.       Deteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya. Bagi balita sampai kalangan dewasa, photo rontgen lazimnya dimanfaatkan untuk mendeteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya.
C.     Ragam Pemeriksaan Rontgen
a.       Radiografi konvesional tanpa persiapan
a)      Maksudnya, saat klien datang bisa langsung di foto.
b)      Untuk pemeriksaan tulang atau toraks.
b.      Radiografi konvensional dengan persiapan
a)      Pemeriksaan radiografi konvensional yang memerlukan persiapan di antaranya untuk foto rontgen perut.
b)      Sebelum pelaksanaan, klien diminta untuk puasa beberapa jam atau hanya makan bubur kecap.
c)      Dengan begitu ususnya bersih dan hasil fotonya pun dapat dengan jelas memperlihatkan kelainan yang dideritanya.
c.       Pemeriksaan dengan kontras
a)      Sebelum dirontgen, kontras dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara diminum, atau dimasukkan lewat anus, atau disuntikkan ke pembuluh vena.
b)      Alat rontgen yang digunakan untuk pemeriksaan selanjutnya adalah fluoroskopi.
c)      Pemeriksaan dilakukan jika usus atau lambung klien dicurigai terputar.
d)     Untuk klien yang dicurigai menderita Hirschsprung (penyempitan di usus besar yang disebabkan bagian usus tidak memiliki persarafan pada dindingnya), kontras dimasukkan lewat anus.
e)      Untuk klien yang mengalami kelainan ginjal atau saluran kemih, kontras dimasukkan lewat pembuluh vena atau kandung kemih.
D.    Proyeksi Pemeriksaan Thoraks
Terdapat 3 macam proyeksi pemeriksaan foto thoraks, yakni:
a.       Proyeksi PA (Postero-Anterior)
Cara pemeriksaan foto thoraks dengan proyeksi PA (Posterior-Anterior), yaitu:
a)      Sinar dipancarkan ke arah film melalui punggung (posterior) pasien.
b)      Biasanya, posisi pasien berdiri tegak dengan bagian anterior menempel pada film.
c)      Tangan bertolak pinggang untuk mengangkat skapula agar tidak menutupi lapangan paru.
d)     Sinar dipancarkan pada saat pasien menahan nafas dalam (inspirasi) agar rongga thoraks mengembang maksimal dengan gambaran diafragma yang terdorong ke arah abdomen.
e)      Dengan tujuan adalah akan dapat memberikan gambaran paru/jantung seperti aslinya.
f)       Pemeriksaan hanya bisa dilakukan di ruang radiologi
b.      Proyeksi AP (Antero-Posterior)
Cara pemeriksaan foto thoraks dengan proyeksi AP (Antero-Posterior), yaitu:
a)      Pada proyeksi AP, biasanya menghasilkan foto yang kurang baik dibanding proyeksi PA, karena jantung akan tampak lebih besar terutama apabila fokus terhadappasien lebih dekat. Disamping itu, biasanya skapula akan menutupi lapangan paru, karena posisi tangan tidak diatur dan diafragma jugaakan lebih tinggi karena pasien tidak nafas dalam.
b)      Proyeksi AP bisa dilakukan terhadap pasien dengan posisi supine, duduk atau semi fowler.
c)      Biasanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat mobilisasi karena penyakit kritis atau pada pasien pasca bedah.
d)     Mesin yang digunakan adalah mesin foto ‘portable’.
c.       Proyeksi Lateral
Cara pemeriksaan foto thoraks dengaan proyeksi Lateral, antara lain:
a)      Proyeksi dengan posisi lateral dilakukan tergantung pada indikasi baik lateral kanan atau lateral kiri.
b)      Biasanya, dilakukan bila perlu diperlukan untuk kepastian diagnosa yang tidak diperoleh dengan foto proyeksi lainnya.
E.     Cara Membaca Hasil Photo Thoraks
Yang perlu diperhatikan dalam membaca hasil sebuah photo thoraks, adalah:
a.       Identitas Pasien yang meliputi nama, no. MR (Medical Record), tanggal, jam Pengambilan.
b.      Ketajaman Sinar
a)      Apabila terlalu radiopage (terang) atau terlalu radiosulen (gelap), maka foto harus diulang oleh karena akan mengacaukan interpretasi.
b)      Pengambilan foto yang baik adalah pada saat pasien inspirasi, dimana akan terlihat tulang rusuk anterior sampai dengan tulang rusuk 6 dan tulang rusuk posterior sampai dengan tulang rusuk 8.
c.       Posisi/Centering
Posisi yang baik hendaknya harus diperhatikan, dimana sternum tampak tegak lurus dengan tulang klavikula.
d.      Densitas
adalah derajat tebalnya bayangan hitam pada film atau daya serap terhadap X-ray.
Para radiolog menggolongkan densitas menjadi 4 golongan, yaitu:
a)      Densitas Udara (gas density)
Densitas udara merupakan densitas yang paling rendah oleh karena udara/gas sedikit menyerap sinar. Contoh: Paru, bronkhi, trakhea, alveoli.
b)      Densitas cairan (water density)
Contoh: jantung, otot, aorta, pembuluh darah, darah diafragma.
c)      Densitas Lemak
Contoh bercak lemak daerah hilar.
d)     Densitas logam (Densitas yang paling terang)
Contoh: Densitas tulang-tulang rusuk, skapula.
e.       Trakhea
a)      Tampak jelas sebagai garis tengah.
b)      Jadi, letaknya harus tepat ditengah-tengah.
c)      Bila terdapat pergeseran/ deviasi, bisa karena letak film yang tidak tepat atau memang karena ada kelainan paru-paru
d)     Bila trakhea terdorong ke sisi yang sehat,kemungkinan terjadi pneumo-thoraks, efusi pleura.
e)      Bila trakhea terdorong ke sisi yang sakit, kemungkinan terjadi atelektasis.
f.       Batas-batas normal Jantung
Struktur jantung dapat dibedakan dari tepinya oleh karena terdiri darijaringan dan darah (air) sehingga densitas air yang tampak cukup padat.
a)      Batas-batas normal jantung, adalah:
1.      Batas Kanan: Atrium Kanan, Vena Kava Superior.
2.      Batas Kiri: Arkus Aorta, Segmen Pulmonal, Ventrikel Kiri
3.      Batas jantung pada proyeksi lateral: batas depan, batas belakang (posterior).
4.      Batas Atas: Arkus aorta yang kemudian akan terus menjadi aorta desendens yang akan terlihat di depan tulang belakang.
b)      Ukuran Jantung
Secara keseluruhan, besarnya jantung dapat diukur dengan cara pengukuran CTR (Cardio Thoraxis Ratmo), Yaitu dengan menjumlahkan sisi terlebar jantung kanan (A) dan sisi terlebar jantung kiri (B), dan selanjutnya dibandingkan dengan luas rongga thoraks dikalikan 100%.
1.      Jantung normal besarnya 50%.
2.      Bila lebih dari 50% berarti terdapat pembesaran jantung.
3.      CTR normal: 50%
4.      Rumus besar jantung:  A + B  x 100 %
g.      Jaringan Lunak
a)      Bayangan payudara sering menutupi sudut kostrofrenik pada orang gemuk.
b)      Perhatikan adanya emfisema akibat pembedahan.
h.      Diafragma
a)      Ujung atas diafragma tampak nyata karena adnya kontras air udara.
b)      Ujung kiri bawah diafragma mungkin akan tmpak karena umumnya  tedapat udara dalam perut.
c)      Pada semua tahap respirasi, hemidiafragma kanan umumnya lebihtinggi 1 s/d 2cm dari sebelah kiri.
i.        Penilaian Keadaan Paru-paru
a)      Perhatikan densitas air yang ditimbulkan oleh pembuluh darah pulmonal lebih banyak terletak di daerah bawah daripada di bagian atas.
b)      Secara normal, aliran darahke bagian atas lebih sedikit.
c)      Jika tampak bayangan pembuluh darah yang menonjol di bagian atas, maka ini adanya tanda ‘kegagalan ventrikel kiri’.
d)     Hilus adalah daerah dimana pembuluh bronkhi dan pulmonal utama [ertama masuk ke paru.
e)      Pada foto thoraks, hilus umumnya terdiri dari: tanda vaskuler dan tampak sebagai densitas air pada masing-masing sisi mediastinum.
F.      Tanggung Jawab Bidan dalam Pemeriksaan Rontgen
Jika seorang pasien akan dilakukan pemeriksaan foto thoraks, maka tanggung jawab  seorang bidan, adalah:
a.       Jelaskan apa yang akan dilakukan pada pasien dan mengapa hal ini dilakukan.
b.      Tenangkan pasien dan duduklah bila keadaan pasien memungkinkan.
c.       Bidan harus selalu mendampingi guna membantu fotografer.
d.      Perhatikan agar tidak terjadi tegangan pada salah satu kabe, pipa EET,selang infus, dan tidak ada yang terlepas.
e.       Usahakan tidak ada yang mnghalangi lempengan foto agar dapat diambil foto yang jelas.
f.       Pada pasien yang mengalami hipotensi, mungkin lebih baik dibuat fotodalam posisi berbaring.
g.      Hal tersebut diatas sangat penting terutama pada pemeiksaan foto ruangan dengan menggunakan alat yang portable.
G.    Tekhnik Pelaksanaan Rontgen
a.       Persiapan Pasien
1.      Lepaskan benda-benda yang terbuat dari logam pada daerah yang akan difoto (Misal: Foto Thorax, maka melepaskan kalung, bros, dll).
2.      Bila pemeriksaan rontgen membutuhkan persiapan, pasien datang ke radiologi sudah melakukan persiapan (untuk: BNO/FPA, FPA/UIV, COLON IN LOOP)
3.      Untuk foto ulang/ kontrol harap membawa foto sebelumnya (sebagai perbandingan keberhasilan terapi/ pengobatan)
4.      Bila anda wanita dalam usia subur, beritahukan petugas apabila anda hamil.
5.      Untuk keterangan lebih lanjut, silahkan tanyakan kepada petugas
b.      Persiapan dan Pelaksanaan Pemeriksaan Rontgen
1.      Lakukan informed consent
2.      Tidak ada pembatasan makanan atau cairan.
3.       Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA (posterior anterior) dapat dilakukan dengan posisi berdiri dan foto AP (anterior posterior) lateral dapat juga dilakukan,baju harus diturunkan sampai ke pinggang, baju kertas atau baju kain dapat digunakan dan perhiasan dapat dilepas, anjurkan pasien untuk tarik nafas dan menahan nafas pada waktu pengambilan foto sinar X.
4.      Pada jantung foto PA  dan lateral kiri dapat diindikasi untuk mengevaluasi ukuran dan bentuk jantung, perhiasan pada leher harus dilepaskan, baju diturunkan hingga ke pinggang.
5.      Pada abdomen pelaksanaan fotoharus dilakukan sebelum pemeriksaan IVP, baju harus dilepaskan dan digunakan baju kain/ kertas. Pasien tidur telentang dengan tangan menjauh dari tubuh,testis harus dilindungi.
6.      Pada tengkorak, sebelum pelaksanaan foto, penjepit rambut harus dilepaskan, kaca mata gigi palsu sebelum pemeriksaan.

7.      Pada rangka bila dicurigai terdapat fraktur anjurkan puasa, dan imobilisasi pada daerah fraktur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar